Dibalik kemudahan WFH(Work From Home) Dengan aplikasi “Zoom”

Sejak merebaknya virus corona atau sering kita dengar dengan nama covid-19, sehingga mengintervensi kita untuk melakukan kegiatan yang diluar kebiasaan yaitu “social distancing”, beberapa cuitan di media sosial pun bermunculan salah satunya adalah “manusia adalah mahluk sosial bukan “sosial distancing” harus disadari bahwa meluasnya penyebaran virus covid 19 yaitu dengan keadaan dimana kita melakukan interaksi sosial dengan berjabat tangan pada umumnya, dan itu salah satu dampak penyebaran yang kian meluas. Dengan situasi seperti ini munculah cara dan ide untuk melakukan pekerjaan tanpa harus berinteraksi secara fisik, ya, “Work From Home” istilah ini muncul untuk menekan penyebaran virus tidak hanya itu disetiap media sosial dan televisi selalu dikampanyekan untuk tetap dirumah dengan tagar #WFH #DirumahAja.
Dengan adanya aktifitas dirumah sehingga membatasi gerak sosial kita diluar khususnya di dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar yang tidak kondusif memaksa siswa untuk belajar dirumah. Imbas dari metode belajar dirumah juga mengakibakan kegiatan perkuliahan di setiap universitas membuat kebijakan untuk mengadakan pembelajaran secara daring/online demi menekan tingkat penyebaran virus covid-19 yang semakin meluas. Berbagai metodepun dilakukan seperti menugaskan mahasiswa untuk membuat group kelas dan mata kuliah di whatssapp, dosen memfasiliasi dengan memanfaatkan google classroom, membuat video tutorial di youtube dan cara-cara yang lain agar dapat menyampaikan materi secara jelas. Salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan di musim pandemi ini adalah “Zoom” belajar secara online dan bertatap muka dengan dosen pada saat perkuliahan berlangsung, Zoom menjadi alternatif aplikasi pada saat ini, adalah aplikasi video confrence berbasis cloud, dilansir dari tribunnews, “Zoom merupakan aplikasi yang menyediakan layanan konferensi jarak jauh dengan menggabungkan konferensi video, pertemuan online, obrolan, hingga kolaborasi seluler”. Dengan kemampuan aplikasi tersebut sangatlah membantu khususnya di dunia pendidikan seperti melakukan perkuliahan secara online dari dosen ke beberapa mahasiswa. Tidak hanya itu aplikasi yang dimiliki oleh erik yuan ini memberikan akses gratis kepada seluruh pengguna yang mengunduhnya dengan ketentuan video confrence selama 40 menit dan pengguna sebanyak 100, tentu hal ini memberikan kesan  yang luar biasa bagi para pengguna yang mencari aplikasi gratis dan mudah untuk digunakan.
Kebijakan privasi yang seringkali kita abaikan pada umumnya akan berdampak negatif pada penggunaan aplikasi ketika kita menginstall pada ponsel pasalnya ditengah meroketnya penggunaan aplikasi ini mencuat isu bahwa aplikasi zoom menyebarkan data-data penggunanya kepada pihak ketiga tentunya ini menjadi suatu keresahan dan ancaman keamanan bagi para penggunanya, melansir dari laman cnnindonesia.com; “Zoom mungkin mengumpulkan data yang terkait dengan profil Facebook pengguna, tetapi tidak secara eksplisit menyebutkan berbagi data tentang pengguna yang tidak memiliki akun Facebook.  Motherboard pun membeberkan data apa saja yang dibagi Zoom ke Facebook. Saat aplikasi Zoom versi iOS dibuka, Facebook bisa mengetahui perangkat apa yang digunakan pengguna, operator apa yang mereka gunakan, lokasi kota dan zona waktu pengguna. Data yang dibagi Zoom ini termasuk tag unik bagi para pengiklan. Sehingga, mereka bisa menargetkan pengguna dengan iklan tertentu. Selain Zoom, Electronic Frontier Foundation (EFF) menemukan bahwa aplikasi Ring for Android mengirimkan sejumlah data yang serupa ke perusahaan analitik pada Februari 2020. Namun, Ring akhirnya menghentikan praktik berbagi data tersebut.” Atas dasar tersebut privasi data pengguna adalah hal yang harus di prioritaskan dan dijaga bagi para pengembang program aplikasi.
Dengan adanya isu tersebut pihak zoom pun angkat bicara terkait masalah penyebaran data privasi pengguna dilansir dari laman cnnindonesia.com; Terkait hal itu, Yuan mengatakan data yang dikumpulkan tidak termasuk informasi pengguna pribadi, melainkan informasi tentang perangkat pengguna. Namun, dia berkata pengguna harus memperbarui aplikasi iOS ke versi terbaru agar data yang dianggap bocor ke Facebook itu tidak terjadi kembali.
“"Kami dengan tulus meminta maaf atas keprihatinan yang disebabkan ini dan tetap berkomitmen kuat untuk melindungi privasi pengguna kami," kata Yuan.
"Kami sedang meninjau proses dan protokol kami untuk mengimplementasikan fitur-fitur ini di masa depan untuk memastikan ini tidak terjadi lagi," tambahnya.
Pembaharuan perangkat lunak khususnya iOS dapat menjadi solusi bagi para pengguna aplikasi zoom agar tetap aman dan nyaman selama melakukan video confrence sehingga tidak terlalu menjadi suatu kecemasan terhadap privasi layanan dari aplikasi tersebut. Namun jika Anda masih merasa khawatir dengan keamanan aplikasi tersebut pakar laporan konsumen Rowenna Fielding memberikan tips seperti dilansir dari laman cnnindonesia.com; Untuk itu, pakar Laporan Konsumen Rowenna Fielding menyarankan pengguna untuk mematikan kamera dan mikrofon kecuali ketika benar-benar sedang berbicara di Zoom. Jika merasa perlu menyalakan kamera, para ahli menyarankan pengguna untuk menutup gambar latar belakang. Sehingga pengguna lain tidak bisa memantau situasi di belakang pengguna. Misal dengan membuat tembok sebagai latar saat melakukan panggilan video.
Jika pengguna peduli dengan keamanan privasi mereka, Fielding menyarankan untuk menggunakan alamat email unik khusus untuk Zoom, menghapus cookie, hingga memblokir riwayat setelah melakukan pencarian.
Selain Zoom, ada aplikasi lain yang dinilai bisa menjadi solusi memberikan privasi kepada penggunanya, seperti Houseparty, Signal, hingga Jitsi.

Post a Comment

Previous Post Next Post